Judul : Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney
link : Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney
Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney
Manajemen kebidanan menurut Helen Varney (1997) dalam textbooknya menjelaskan bahwa proses penyelesaian masalah merupakan salah satu teori dapat digunakan dalam manajemen kebidanan. Dalam textbook kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah. Namun varney (1997) melihat ada beberapa hal yang penting disempurnakan sehingga ditambahkan 2 langkah lagi untuk menyempurnakan teori 5 langkah yang dijelaskannya terdahulu.
![]() |
Manajemen kebidanan |
Varney mengatakan seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial. Dengan kemampuan yang lebih kritis dalam melakukan analisis, bidan akan mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial ini berdasarkan diagnosa dan masalah yang telah ditetapkannya setelah menginterpretasikan semua data Yang telah di kumpulkannya. Kadang kala bidan juga harus segara bertindak untuk menyelesaikan masalah tertentu yang mengancam keselamatan ibu dan bayi.
Ada kemungkinan harus segera merujuk kliennya. kemudian Verney menyempurnakan kembali proses manajemen kebidanan menjadi 7 langkah. Ia menambahkan langkah ke III agar bidan lebih kritikan mengaantisipasi diagnosa dan masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya. Bidan diharapkan dapat menggunakan kemampuannya untuk melakukan deteksi dini dalam proses manajemen sehingga bila klien membutuhkan tindakan segera bidan mampu segera bertindak untuk mengambil keputusan.
Prinsip Proses Manajemen Kebidanan menurut ACNM (1999). Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American College of Nurse Midwife (Organisasi Bidan di Amerika Serikat) yang terdiri dari:
- Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
- Mengenali masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar.
- Mengenali kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
- Memberikan informasi kebutuhan dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
- Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
- Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individual.
- Melaksanakan diskusi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
- Memikirkan manajemen, apabila komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari, keadaan normal.
- Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana sesuai dengan kebutuhan.
Proses manajemen menurut Helen Varney (1997)
Varney (1997) Menerangkan bahwa proses manajemen merupakan cara memecahkan masalah yang ditemukan oleh perawat bidan pada awal tahun 1970-an. cara ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Cara ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan.
Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai. Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dari penilaian yang terpisah-pisah menjadi kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.
Proses manajemen ada 7 ( tujuh ) langkah yang berurutan di mana setiap langkah disempurnakan secara periodi. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ke 7 (tujuh) langkah tersebut membentuk suatu kerangka terlengkap yang dapat diterapkan di dalam kondisi apa pun. Kemudian, setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih jelas/ rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien/klien.
Ke 7 (tujuh) langkah tersebut membentuk suatu kerangka terlengkap yang dapat diterapkan di dalam kondisi apa pun. Kemudian, setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih jelas/ rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien/klien.
Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney:
Langkah I (pertama): Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah yang pertama di lakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang akan perlukan untuk kaji keadaan pasien/ klien secara lengkap, yaitu :
- Riwayat kesehatan
- Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.
- Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
- Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
Pada langkah yang pertama ini mulailah dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien/ klien. Pengumpulan data dasar awal harus lengkap dan terfokus agar bidan hasil interpretasi juga lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi, bidan akan melakukan kosultasi.
Pada keadaan menentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah II (kedua): Interpretasi data dasar
Untuk langkah ini dilakukan pengenalan yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan pasien/ klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang sudah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan diagnosa atau masalah yang spesifik.
Untuk diagnosa dan masalah keduanya dianjurkan dalam manajemen, karena beberapa masalah tidak mampu untuk diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap pasien/ klien masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan. Masalah ini sering menyertai diagnosa.
Untuk contoh, diperoleh diagnosa "kemungkinan wanita hamil", dan masalah yang mungkin menyertai diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak mau atau tidak menginginkan kehamilannya, muncul masalah. Contoh lain yaitu wanita hamil pada trimester ke tiga merasa takut terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi perasaan takut tidak termasuk dalam katagori ”Nomenklatur standar diagnosa”. Akan tetapi tentu dapat menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lanjutan dan memerlukan suatu perencanaan agar dapat mengurangi rasa takut.
Untuk contoh, diperoleh diagnosa "kemungkinan wanita hamil", dan masalah yang mungkin menyertai diagnosa ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak mau atau tidak menginginkan kehamilannya, muncul masalah. Contoh lain yaitu wanita hamil pada trimester ke tiga merasa takut terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi perasaan takut tidak termasuk dalam katagori ”Nomenklatur standar diagnosa”. Akan tetapi tentu dapat menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lanjutan dan memerlukan suatu perencanaan agar dapat mengurangi rasa takut.
Langkah III (ketiga): Mengidentifikasi Diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah-langkah ini mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Tahap selanjutnya membutuhkan antisipasi, alangka baiknya dilakukan pencegahan, sambil mengamati pasien/ klien, bidan diharapkan selalu bersiap siap jika diagnosa atau masalah potensial ini benar -benar terjadi.
Pada langkah ini penting sekali penerapan asuhan yang aman. Contoh seorang wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan. Bidan atau petugas kesehatan sebaiknya mempertimbangkan penyebab kemungkinan pemuaian uterus yang berlebihan tersebut ( misalnya, polyhidramnion besar dari masa kehamilan, kehamilan kembar atau ibu dengan diabetes kehamilan).
Selanjutnya harus mengantisipasi, melakukan persiapan dan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap kemungkinan bila tiba-tiba terjadi pendarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pemuaian uteru yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, petugas kesehatan atau bidan sebaiknya juga mengantisipasi dan bersiap-siap kemungkinan terjadinya distochia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi.
Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partusprematur atau bayi kecil. Antisipasi perlu dilakukan dengan persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.
Langkah IV (keempat): Identifikasi Kebutuhan yang memerlukan penanganan segera koIaborasi/ rujukan
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah ke 4 tercermin kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen tak hanya selam asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan. Terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu di kumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, pendarahan kala III atau pendarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklamsi, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Pada keadaan tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Hal ini petugas kesehatan atau bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap pasien/klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
Langkah V (kelima): Perencanaan
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tin kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetap juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dalam artian lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui Oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan dengan basil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional yaitu tidak berdasarkan asumsi, melainkan sesuai dengan keadaan pasien/klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan yang lengkap dan tidak berbahaya.
Langkah VI ke enam) : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh pihak klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk menyerahkan pelaksanaannya (misalnya memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi ini petugas kesehatan atau bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani pasien/ klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien.
Langkah VII (ketujuh): Evaluasi
Pada langkah ke 7 tujuh ini dilakukan evaluasi ke efektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen dengan mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Dalam proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang terahkhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja. Nazriah (2009 hlm: 55-62)
Daftar Pustaka
Nazriah, (2009). Konsep dasar kebidanan. Banda Aceh, yayasan pena.
Demikianlah Artikel Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney
Sekianlah artikel Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney dengan alamat link https://suksuksay.blogspot.com/2019/09/manajemen-kebidanan-menurut-helen-varney.html
0 Response to "Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney"
Posting Komentar