sejarah Berdirinya dan Masuknya Islam di Kerajaan Demak

sejarah Berdirinya dan Masuknya Islam di Kerajaan Demak - Hallo sahabat Suka Suka Saya, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul sejarah Berdirinya dan Masuknya Islam di Kerajaan Demak, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Kerajaan Islam indonesia, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : sejarah Berdirinya dan Masuknya Islam di Kerajaan Demak
link : sejarah Berdirinya dan Masuknya Islam di Kerajaan Demak

Baca juga


sejarah Berdirinya dan Masuknya Islam di Kerajaan Demak

Pada tulisan ini akan di jelaskan mengenai asal mula Demak, menjadi suatu Kerajaan dan sampai menjadi Kerajaan islam. Berikut ini adalah penjelasannya:

Demak sebelumnya adalah sebuah daerah yang dikenal dengan nama Bintoro atau Gelagah wangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit. Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. 

Dalam bukunya yang berjudul ”Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara” (1963), Mohammad Ali menulis bahwa pada suatu peristiwa Raden Patah diperintahkan oleh gurunya, Sunan Ampel dari Surabaya, agar merantau ke barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung oleh tanaman gelagah wangi. Tanaman gelagah yang rimbun tentu hanya subur di daerah rawa-rawa. Dalam perantauannya itu, Raden Patah sampai ke daerah rawa di tepi selatan Pulau Muryo (Muria), sebuah kawasan rawa-rawa besar yang menutup laut (atau lebih tepatnya sebuah selat) yang memisahkan Pulau Muryo dengan daratan Jawa Tengah. Di situlah ditemukan gelagah wangi dan rawa. kemudian tempat tersebut dinamai Raden Patah sebagai ”Demak".
sejarah Berdirinya dan Masuknya Islam di Kerajaan Demak
Berdirinya kerajaan Demak sendiri tidak bisa lepas dari sejarah kerajaan Majapahit yang berkuasa di pulau Jawa. Majapahit sebagai sebuah kerajaan besar di Nusantara yang memiliki Mahapatih Gadjah Mada dengan sumpah Palapanya, sekitar akhir abad ke-15 mulai mengalami masa-masa keruntuhannya. Pada saat itulah secara praktis wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri dari Majapahit.

Wilayah-wilayah yang terbagi menjadi kadipaten-kadipaten tersebut kemudian saling serang dan saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Pada masa itu arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati, yaitu Raden Patah yang mendapat dukungan dari Walisongo dan Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syekh Siti Jenar. 

Menurut Slamet Muljana (2005), Raden Patah diangkat sebagai bupati oleh Prabu Brawijaya dan Gelagah Wangi diganti namanya dengan ”Demak” dengan ibu kota bernama ”Bintara”. Dari nama wilayah baru itulah Raden Patah kemudian dikenal sebagai Pangeran Bintara di kaki Gunung Muria.
sejarah Berdirinya dan Masuknya Islam di Kerajaan Demak
Peta demak
Setelah merasa kuat karena memiliki daerah yang strategis dan mempunyai dukungan baik dari Walisongo dan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, maka para wali memerintahkan agar Raden Patah menjadikan Demak sebagai kerajaan Islam dan memisahkan diri dari kerajaan Majapahit. Tekad untuk mendirikan kerajaan Demak yang merdeka menjadi semakin bulat mengingat daerah Demak mempunyai peluang untuk berkembang pesat menjadi kota besar dan pusat perdagangan. 

Raden Patah kemudian mengumpulkan para pengikutnya, baik dari masyarakat Jawa maupun Cina, untuk melakukan perlawanan terhadap kerajaan Majapahit. Dalam perlawanan itu, Radeng Patah juga mendapat bantuan dari beberapa daerah lain di Jawa yang sudah memeluk agama Islam seperti Jepara, Tuban, dan Gresik. Setelah berhasil mengalahkan Majapahit, Raden Patah pun kemudian mendirikan kerajaan Islam Demak. 

Dalam cerita yang lain, setelah merobohkan Majapahit, Raden Patah kemudian memindahkan semua alat upacara kerajaan dan pusaka Majapahit ke Demak sebagai lambang tetap berlangsungnya kerajaan kesatuan Majapahit tetapi dalam bentuk baru di Demak. 

Ada banyak versi tentang tahun berdirinya kerajaan Demak. Menurut Slamet Muljana dalam buku ”Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara," kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478 atau setahun sebelum berdirinya masjid Agung Demak. Sementara kebanyakan sejarawan berpendapat bahwa kerajaan Demak berdiri pada tahun 1500. Asumsi yang mereka bangun adalah bahwa perlu rentang waktu 21 tahun semenjak didirikannya Masjid Demak untuk membangun fondasi kemasyarakatan dan menyusun kekuatan di Demak. 

Raden Patah atau Jin Bun adalah salah seorang keturunan Raja Brawijaya dari salah seorang istrinya yang disebut Putri Cina. Dikisahkan bahwa pada awal abad ke-14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming mengirimkan seorang Putri yang cantik kepada Raja Brawijaya di kerajaan Majapahit sebagai tanda persahabatan antara kedua negara. Putri yang cantik dan pintar ini segera merebut perhatian dan mendapatkan tempat yang istimewa di hati Brawijaya. Semua kemauan yang diinginkan sang putri cantik ini dituruti oleh Raja Brawijaya. 

Namun karena Ratu Dwarawati, sang permaisuri yang berasal dari Campa, merasa cemburu terhadap Putri Cina tersebut, terpaksa Raja Brawijaya memberikan Putri Cina yang sedang mengandung kepada Arya Damar yang kala itu menjabat sebagai adipati Palembang. Setelah Putri Cina melahirkan Raden Patah di Palembang, barulah Arya Damar menikahi Putri Cina tersebut dan melahirkan anak laki-laki yang kemudian diberi nama Raden Kusen. Dengan demikian maka Raden Patah dan Raden Kusen adalah saudara sekandung seibu tapi berlainan ayah. 

Karena menolak untuk menjadi adipati di Palembang, maka Raden Patah dan Raden Kusen kemudian berlayar ke Jawa dengan menaiki kapal 

Brawijaya memberikan Putri Cina yang sedang mengandung kepada Arya Damar yang kala itu menjabat sebagai adipati Palembang. Setelah Putri Cina melahirkan Raden Patah di Palembang, barulah Arya Damar menikahi Putri Cina tersebut dan melahirkan anak laki-laki yang kemudian diberi nama Raden Kusen. Dengan demikian maka Raden Patah dan Raden Kusen adalah saudara sekandung seibu tapi berlainan ayah. 

Karena menolak untuk menjadi adipati di Palembang, maka Raden Patah dan Raden Kusen kemudian berlayar ke Jawa dengan menaiki kapal

dagang yang menuju Surabaya dan menjadi santri di pesantren Ampel Denta (Ngampel Denta). Di sana, Raden Patah mempelajari ajaran Islam bersama murid-murid Sunan Ampel yang lainnya seperti Raden Paku (Sunan Giri), Maulana Ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kasim (Sunan Drajat). Sementara Raden Kusen kembali ke Majapahit dan diangkat menjadi adipati Terung oleh Prabu Brawijaya. Di Ngampel Denta, Raden Patah diangkat menjadi menantu oleh Sunan Ampel yang dinikahkan dengan cucu perempuannya, anak sulung dari Nyai Gede Waloka. Setelah 

menikah, Raden Patah pindah ke Jawa Tengah dan mendirikan pesantren yang diberi nama Glagah wangi, lalu mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitar. 

Semakin lama pesantren Glagah wangi makin maju dan menyebabkan Prabu Brawijaya menjadi khawatir apabila Raden Patah memiliki niat untuk memberontak. Prabu Brawijaya akhirnya memutuskan memberi perintah terhadap Raden Kusen untuk memanggil Raden Patah datang ke Majapahit. Setelah Raden Patah setuju datang ke Majapahit, Prabu Brawijaya malah merasa terkesan dan mengakui kembali Raden Patah sebagai putranya.

Raja-Raja yang Memerintah Kerajaan Demak 

Raja-raja yang memerintah di kerajaan Demak antara Iain: 

1. Raden Patah ( 1500-1518

Nama kecil Raden Patah adalah Pangeran Jimbun dan setelah menjadi raja Raden Patah bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Kerajaan Demak menjadi kerajaan besar dan menjadi pusat penyebaran agama Islam yang penting Pada masa pemerintahan Raden Patah. Untuk itu atas perintah para wali, dibangunlah Masjid Agung Demak sebagai lambang kekuasaan Islam di daerah Demak. 

Menjadi keuntungan tersendiri bagi Demak ketika jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, dikarenakan posisi Demak menjadi semakin penting, baik dalam arti dan peranannya sebagai pusat penyebaran agama Islam maupun sebagai penghubung dalam perdagangan rempah-rempah yang sudah berlangsung ratusan tahun sebelumnya. 

Namun, di sisi lain berkembangnya Demak menjadi pusat perdagangan rempah-rempah juga merupakan ancaman bagi kekuasaan Demak karena pasti akan menjadi perhatian dari Portugis. Oleh karena itu sebelum Portugis datang ke Demak, pada tahun 1513 Demak terlebih dahulu mengirimkan armadanya untuk menyerang Portugis di Malaka dibawa pimpinan Pati Unus, putra Raden Patah. Serangan yang dibantu oleh Aceh dan Palembang itu gagal karena kualitas persenjataan yang kurang memadai. 

2. Pemerintahan Pati Unus (1518-1521) 

Wafatnya Raden Patah Pada tahun 1518 menjadikan Pati Unus yang tidak Iain adalah putra dari Raden Patah itu sendiri menjadi penerus kerajaan. Pati Unus terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan juga pemimpin perlawanan terhadap Portugis di Malaka dengan ratusan kapal dari Jawa. Karena keberaniannya itulah ia mendapatkan julukan Pangeran Sabrang Ior. Ia juga terbilang cerdik dalam strategi perang, Pati Unus mengirimkan Katir untuk mengadakan blokade terhadap Portugis di Malaka, sehingga mengakibatkan Portugis kekurangan bahan makan. 

3. Pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1546) 

Pati Unus tidak memiliki putra. Ketika beliau wafat, sehingga tahta kerajaan digantikan oleh adiknya yang bernama Raden Trenggono. Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono inilah Demak mencapai masa kejayaan. la dikenal sebagai raja yang bijaksana dan gagah berani seperti kakaknya Pati Unus. Wilayah kekuasaan yang berhasil ditaklukkannya bahkan terbilang sangat luas dibandingkan dengan masa pemerintahan Raden Patah yaitu meliputi Jawa Timur dan Jawa Barat. 

Pada masa pemerintahan Raden Trenggono Portugis mulai memperluas pengaruhnya ke Jawa Barat dan merencanakan mendirikan benteng Sunda Kelapa untuk berlindung dari serangan yang mungkin dilakukan oleh Demak.

Sesuai prediksi oleh Portugis akhirnya pada tahun 1522 Sultan Trenggono benar-benar mengirimkan tentaranya ke Sunda kelapa dibawah pimpinan Fatahillah. Pengiriman pasukan Demak ke Jawa Barat bertujuan untuk mengusir bangsa Portugis. Tahun 1527 Fatahillah beserta para pengikutnya berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Dan mulai saat itulah Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan yang sempurna, sekarang kota Jayakarta kita kenal dengan sebutan Jakarta. 

Sultan Trenggono mempunyai cita-cita untuk menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaan kerajaan Demak. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut Sultan Trenggono mengambil langkah sebagai berikut: 

a. Menyerang Jawa Barat (Banten, Sunda Kelapa dan Cirebon ) dipimpin Fatahillah 
b. Menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur (kerajaan Hindu Supit Urang) dipimpin Sultan Trenggono sendiri, serangan ke Pasuruan tidak membawa hasil bahkan Sultan Trenggono sendiri meninggal dalam peperangan tersebut. 
c. Mengadakan perkawinan politik. Misalnya: 
  1. Fatahillah dijodohkan dengan adiknya.
  2. Pangeran Hadiri dijodohkan dengan puterinya ( adipati Jepara)
  3. Joko Tingkir dijodohkan dengan puterinya (adipati Pajang).
  4. Pangeran Pasarehan dijodohkan dengan puterinya ( menjadi Raja Cirebon ). 

Sebuah pelajaran dari sejarah bahwa perebutan kekuasaan dan perpecahan dari dalam akan membahayakan kesatuan dan persatuan. Bangsa Indonesia harus belajar dari sejarah Kerajaan Demak jika tidak ingin hancur, bukan tidak mungkin jika para penguasa negeri ini melakukan kesalahan yang sama maka nasib negeri ini akan seperti Kerajaan Demak. 


Demikianlah Artikel sejarah Berdirinya dan Masuknya Islam di Kerajaan Demak

Sekianlah artikel sejarah Berdirinya dan Masuknya Islam di Kerajaan Demak kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel sejarah Berdirinya dan Masuknya Islam di Kerajaan Demak dengan alamat link https://suksuksay.blogspot.com/2019/10/sejarah-berdirinya-dan-masuknya-islam_12.html

0 Response to "sejarah Berdirinya dan Masuknya Islam di Kerajaan Demak"

Posting Komentar