Masa Kejayaan dan Kehancuran Dinasti Safawi

Masa Kejayaan dan Kehancuran Dinasti Safawi - Hallo sahabat Suka Suka Saya, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Masa Kejayaan dan Kehancuran Dinasti Safawi, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Sejarah Islam, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Masa Kejayaan dan Kehancuran Dinasti Safawi
link : Masa Kejayaan dan Kehancuran Dinasti Safawi

Baca juga


Masa Kejayaan dan Kehancuran Dinasti Safawi

Masa kejayaan dinasti Safawi terjadi pada masa pemerintahan Ismail I dan Abbas I, berikut penjelasannya

Masa Jayaan Dinasti Safawi

Ismail I berkuasa selama 23 tahun, sepuluh tahun pertama ia dapat meluaskan wilayah kekuasaannya ke berbagai daerah. Pada tahun 1503 M, Ia berhasil menghancurkan sisa-sisa kekuatan Al-Koyunlu di Hamadan. Tahun 1504 M, Ia menguasai provinsi Kaspia di Nazandaran, Curgan dan Yazd. Tahun 1505-1507 M. Ia menguasai Diyar Bakr. Tahun 1508 M, menguasai Baghdad dan daerah Barat Daya Persia. Tahun 1509 M, menguasai Sirwan. Tahun 1510 M, mengalahkan Syaibak Khan, keturunan Jenghis Khan, dan menguasai Khurasan, Heart dan Merv.

Masa Kejayaan dan Kehancuran Dinasti Safawi


Dalam tempo sepuluh tahun itu wilayah kekuasaannya meliputi seluruh Persia dan bagian Timur Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent). Yaitu wilayah di Asia membentang dari laut Tengah melalui daerah antara sungai Tigris dan sungai Eufrat hingga Teluk Persia (Dewan redaksi. 1994: 196; Yatim, 1997:141).

Setelah Ismail I wafat tahun 1524. Ia digantikan oleh putranya Tahap I yang berkuasa tahun 1524-1576 M, kemudian dilanjutkan oleh Ismail II (1576-1577 M) yang berkuasa hanya setahun karena meninggal diracun. Penggantinya adalah Muhammad Khudabandah (1577-1587 M). Pada masa pemerintahan ketiga raja tersebut kerajaan Safawi mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan seringnya terjadi pertentangan antara kelompok dalam negeri sendiri dan sering terjadi peperangan melawan kerajaan Usmani yang mempunyai kekuatan jauh lebih besar. Kondisi yang lemah ini dapat teratasi dengan naiknya Abbas I sebagai raja tahun 1588-1628 M. (Mansur, 1990: 646-653; Hamka, 1978: 62-67).

Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Secara politis ia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-Wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan-kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya. Pada masa Abbas I kemajuan yang dicapai tidak hanya pada bidang militer dan politik saja, tetapi juga di bidang lain, seperti berikut:

a. Bidang Ekonomi 

Keberhasilan Abbas I mengendalikan stabilitas politik sangat membantu dan memacu perkembangan perekonomian negara. Pada masa tersebut pembangunan industri sangat maju, terutama industri kerajinan rakyat, produksi yang menghasilkan karpet, anthal, permadani, sutera, beludru, damas, kain satin, kain tuf, bahkan mendirikan pabrik yang memproduksi barang-barang mewah. Kesemuanya ini diperdagangkan secara internasional sampai ke Eropa, seperti Inggris, Perancis dan Belanda. Lebih-lebih dengan adanya pelabuhan Hurmuz dan Bandar Abbas terbuka sebagai jalur perdagangan internasional (Lapidus, 1995: 290-291).

b. Bidang Ilmu Pengetahuan 

Pada masa kerajaan Safawi rasionalisme dan filsafat serta kesusastraan mulai hidup kembali, meskipun tidak seperti pada masa raja-raja Abbasiyah pertama (Ali, 1978: 400-401). Ada beberapa ilmuwan yang selalu hadir di majlis istana, seperti Baharuddin al-Syairazi, seorang generalis ilmu pengetahuan; Shadaruddin al-Syairazi, seorang filosof; dan Muhammad Baqir bin Muhammad Damad, seorang filosof, ahli sejarah, teolog dan pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah (Yatim, 1997:411). Dalam hal ini, kerajaan Safawi mungkin dapat dikatakan lebih berhasil dibandingkan dengan kerajaan besar lainnya, yakni Usmani di Turki dan Mughal di India pada masa tersebut.

c. Bidang pembangunan fisik dan seni 

Kerajaan Safawi telah berhasil membangun Isfahan sebagai ibukota kerajaan menjadi kota yang sangat indah. Di kota ini didirikan bangunan-bangunan besar serta indah, seperti masjid-masjid, sekolah-sekolah, rumah sakit, jembatan raksasa di atas Zenda Rud dan istana Chlil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman wisata yang ditata rapi. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademi, 182 penginapan dan 273 pemandian umum (Lapidus, 1995: 294).

Kemajuan dalam bidang seni terlihat pada gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti pada masjid Syah yang dibangun pada tahun 1611 M., dan masjid Syaikh Lutfullah yang dibangun pada tahun 1603 M. Unsur seni lainnya juga terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak zaman Raja Ismail I membawa seorang pelukis timur, yang bernama Bizhad, ke Tabriz pada tahun 1522 M., (Yatim. 1997: 145).

Kemajuan dalam bidang militer menjadikan kerajaan ini sebagai salah satu dari tiga kerajaan besar Islam yang disegani oleh lawan-lawannya. Walaupun tidak setara dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik, yang jelas hal ini telah memberikan kontribusi yang besar dalam mengisi peradaban Islam melalui kemajuan-kemajuan yang telah dicapai.

Masa Kemunduran dan Kehancuran 

Sepeninggal Raja Abbas I yang memerintah selama 40 tahun (1588-1628 M) kerajaan Abbasiyah mulai mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan raja-raja yang memerintah sepeninggal Abbas I lemah dan kurang mampu menjalankan pemerintahan dengan baik yang akhirnya membawa kehancurannya. Kebesaran kerajaan Safawi yang gemilang akhirnya harus mengalami siklus perjalanan sejarah sejak dari berdirinya. Kemajuan yang diraihnya sampai kemunduran dan kehancurannya sekaligus.

Sebagai catatan, raja-raja yang memerintah setelah Abbas I, yaitu:

  • Safi Mirza (16281642 M) 
  • Syah Abbas II (1642-1667 M)
  • Syah Sulaiman (1667-1694 M)
  • Syah Sultan Husain (1694-722 M)
  • Syah II (1 722-1732 M) dan 
  • Syah Abbas III (1733-1 736 M) (Mansur, 1990: 675-694). 


Ada beberapa faktor penting yang membawa kerajaan Safawi kepada kemunduran dan kehancurannya, antara lain sebagai berikut:

Seringnya terjadi konflik internal dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana sendiri. Dekadensi moral yang melanda sebagian para pembesar kerajaan Safawi. Misalnya Abbas II sangat menggemari meminum-minuman keras; begitu juga Syah Sulaiman, di samping pecandu narkotik juga menggemari kehidupan malam bersama harem-haremnya selama tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menangani urusan pemerintahan. Demikian juga Sultan Husain tidak jauh berbeda dengan mereka berdua.

Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan karena pasukan ini tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak melalui suatu proses pendidikan rohani seperti halnya pasukan Qizilbash. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani yang menganggap kerajaan Safawi yang beraliran syi'ah itu sebagai ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara dua kerajaan tersebut telah berlangsung lama, walaupun pernah terhenti ketika tercapai perdamaian pada masa Abbas I, namun tak lama kemudian Syah Abbas meneruskan konflik tersebut. Setelah itu tidak ada lagi perdamaian antara kedua kerajaan besar tersebut (Yatim, 1997: 158-159).


Demikianlah Artikel Masa Kejayaan dan Kehancuran Dinasti Safawi

Sekianlah artikel Masa Kejayaan dan Kehancuran Dinasti Safawi kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Masa Kejayaan dan Kehancuran Dinasti Safawi dengan alamat link https://suksuksay.blogspot.com/2020/03/masa-kejayaan-dan-kehancuran-dinasti.html

0 Response to "Masa Kejayaan dan Kehancuran Dinasti Safawi"

Posting Komentar