Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Fatimiah

Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Fatimiah - Hallo sahabat Suka Suka Saya, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Fatimiah, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Sejarah Islam, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Fatimiah
link : Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Fatimiah

Baca juga


Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Fatimiah

Pada artikel ini akan dijelaskan sejarah singkat berdirinya Dinasti Fatimiah:

Sejarah Berdirinya 

Sebelum berdiri khalifah Fatimiah di Afrika Utara terdapat kelompok masyarakat yang berpaham Syi'ah. Propaganda Syi'ah ke daerah ini dilakukan oleh Abdullah al-Husain al-Syi'i. Propaganda dia ini berhasil dari San'a, Yaman, yang menjelang akhir abad ke-9 memproklamirkan dirinya sebagai pelopor al-Mahdi. Ia mempropagandakan Syi'ah kepada orang-orang Barbar (boleh juga disebut Berber) dari Afrika Utara terutama haji di Makkah. Setelah merasa bahwa dakwahnya diterima, maka ia berangkat ke Afrika Utara untuk meluaskan propagandanya. Pada waktu itu di Ifriqiyah, Afrika Utara memerintahkan keluarga Aghlabiyah (Tim Penyusun 1982 :122).
Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Fatimiah
Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Fatimiah

Sukses yang dicapai al-Syi'i di Afrika Utara itu menarik perhatian Said ibn Husain untuk meninggalkan pusat Ismailiyah di Salamiah. Dengan menyamar sebagai seorang pedagang, ia menuju ke Afrika Utara. Dengan bantuan al-Syi'i, Said dapat menaklukan kota Sijilmasa yang pada waktu itu diperintahkan oleh Ziyad Allah (903-909).

Setelah kekuasaan Aghlabiyah, yang berpaham Sunni ditaklukkan, maka Said dibai'at sebagai penguasa baru dengan laqab "Imam Ushaidullah al-Mahdi" dan menerima pengukuhan sebagai keturunan Fatimah melalui Husain dari Ismail. Karena itu dinasti yang didirikannya pada tahun 909 itu disebut Fatimiah. Dinasti Fatimiah merupakan Khilafah terbesar yang pernah didirikan oleh Syi'ah (Tim Penyusun 1988: 122).

Di Afrika Utara, kelompok Syi'ah Ismailiyah mengkonsolidasikan gerakannya dan al-Mahdi memproklamirkan berdirinya Khilafah Fatimiah yang terlepas dari kekuasaan Abbasiyah. Ia mulai memperkuat dan menata khalifah di Tunisia. Pada waktu itu muncul juga perlawanan-perlawanan terhadap Khilafah ini dari kelompok yang berafiliasi dengan Dinasti Umayyah di Andalusia dan dengan kelompok Khawarij dan Barbar. Secara sosiologis, dinasti Fatimiah di daerah ini menghadapi banyak persoalan. Hal ini disebabkan sebelum datangnya Ismailiyah, umat Islam di Afrika Utara terbagi ke dalam dua aliran ahl Al-Sunnah dan Khawarij. Selain itu, di sana terdapat juga dua kelompok suku Barbar yang terus bersaing, yaitu kelompok Zanatah dan Sinhajah, setelah itu terdapat pula dua dinasti yang berkuasa yaitu Dinasti Rustamiyah dan Dinasti Idrisiyah (Fuad 1992 : 55-56).

Melihat kenyataan tersebut, Al-Mahdi merasa tidak akan dapat mewujudkan cita-cita atau tujuan Dinasti Fatimiah, dengan beberapa alasan
pertama, karena keterbatasan sumber daya manusia.
Kedua, karena adanya perlawanan dari para ulama Malikiyah
ketiga, karena kondisi geografis Afrika Utara yang kurang menguntungkan.

Berdasarkan alasan ini, al-Mahdi mengalihkan perhatiannya ke Mesir dan merencanakan untuk menguasai Mesir (Fuad, 1992: 56). Akan tetapi untuk mewujudkan rencana ini diperlukan waktu dan persiapan yang matang. Karena itu, al-Mahdi mengambil kebijakan sementara. Ia membangun kota baru yang letaknya jauh dari Raqqadah dan Qairawan. Kota yang baru dibangun ini terletak di daerah pantai Tunisia arah Tenggara dari Qairawan (Hitti, 1970: 618). Kota yang dibangun pada tahun 915 ini dinamakan al-Mahdiyah. Tujuan didirikannya ialah untuk menghadang pasukan Bizantium yang selalu berusaha menguasainya dari Barat Italia dan Sisilia. Usaha Bizantium ini dapat digagalkan setelah Fatimiah berhasil menguasai Sisilia (Fuad 199 : 57).

Pada masa berikutnya, khalifah disibukkan oleh gerakan pemberontakan kaum Khawarij, terutama pemberontakan yang dipimpin oleh Abu Yazid pada tahun 924 sampai 944, di samping persiapan untuk menguasai Mesir (Hasan 1958: 57). Di negeri ini, kemudian, Dinasti Fatimiah memperoleh lahan yang subur bagi perkembangan dan perluasan kekuasaan selanjutnya.

  • Perluasan Kekuasaan Dinasti Fatimiah di Mesir

Tahun 945 Dinasti Fatimiah berhasil memantapkan diri di Tunisia dan menguasai beberapa daerah di sekitarnya dan Sisilia.

Kemajuan-kemajuan yang paling penting terjadi selama pemerintahan al-Mu'iz yang mempunyai seorang Jendral yang cemerlang, yakni Jauhar. Dalam bagian awal pemerintahan, Jauhar memimpin suatu pasukan penakluk ke Atlantik dan keunggulan Fatimiah ditegakkan atas seluruh Afrika Utara. Kemudian al-Mu'iz mengalihkan perhatiannya ke Timur. Ia mencoba menguasai pusat dunia Islam, Mesir. Setelah persiapan-persiapan matang, termasuk propaganda politis, ditopang oleh bencana kelaparan hebat di Mesir, Jauhar menerobos kota Kairo Lama (al-Fustat) tanpa mengalami kesulitan dan menguasai negara itu. Seorang Pangeran Ikshidi secara resmi masih berkuasa, tetapi rezim Ikshidiyah sudah tidak berfungsi lagi dan tidak memberikan perlawanan terhadap Jauhar. Nama Khalifah Abbasiyah mulai dihilangkan dari do'a ibadah Jum'at; meskipun tatacara ibadah Islamiliyah secara bertahap dipraktikkan. Jauhar segera mulai membangun sebuah kota baru bagi tentaranya, yang diberi nama al-Qahirah (kota kemenangan) atau Kairo. Tahun 973 Kairo menjadi pusat pemerintahan atau khalifah Fatimiah (Watt, 1990 : 215-216; Lewis 1988: 111 dan Syalabi, 1979: 190).

Menurut Watt (1990: 216), di antara daerah yang semula mengikuti kekuasaan Ikahidiyah, Makkah dan Madinah dengan cepat beralih mengakui Fatimiah; namun mendapat kesulitan-kesulitan di Suriah. Dan dalam rangka membangun al-Qahirah pada tahun 972 ia mendirikan sebuah masjid raya yang diberi nama Al-Azhar. Masjid ini kemudian dijadikan sebagai lembaga pendidikan akademis oleh khalifah al-Aziz. Wilayah Arabia Barat menjadi daerah kekuasaan Fatimah, sebelumnya merupakan daerah kekuasaan Ikahidiyah. Kemudian Jauhar al-Shiqilli menaklukan Syria dan menduduki kota Damaskus untuk sementara waktu (Tim Penyusun 1982: 123).

Sepanjang pemerintahan khalifah al-Aziz (khalifah kelima), Fatimiah mencapai puncak kejayaannya. Daerah kekuasaannya meliputi wilayah-wilayah yang terbentang dari Samudra Atlantik di Barat sampai ke Laut Merah, Yaman, Hijaz, Syria. Pada masa kekuasaan al-Aziz, Fatimiah merupakan saingan bagi khalifah Abbasiyah dan Umayyah di Spanyol. Ia membangun sebuah istana yang megah di Kairo dan di kota-kota lain. Demikian pula ia mendirikan masjid-masjid baru, jembatan-jembatan dan saluran-saluran irigasi. Pada masanya juga toleransi kehidupan beragama diwujudkan dengan orang-orang Kristen Kopti. Selain membangun sarana fisik, ia juga membuat kebijakan-kebijakan politik bagi penduduk Mesir;

  • Pertama, memberikan kebebasan kepada penduduk Mesir untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan mazhabnya masing-masing.
  • Kedua, berjanji akan melaksanakan pembangunan di negeri itu dan menegakkan keadilan.
  • Ketiga, mempertahankan Mesir dari serangan musuh.
  • Keempat, menghapus nama-nama khalifah Abbasiyah dalam doa-doa dan khutbah Jum'at dan menggantinya dengan nama-nama khalifah Fatimah. Dan
  • Kelima, menata dan menertibkan pemerintahan (Fuad 1992:77-78).


Penataan pemerintahan direalisasikan dengan ditetapkannya Ja'far al-Fadl Ibn Al-Furat sebagai wazir di Mesir. Sementara mereka yang dari golongan Sunni tetap pada posisi semula ditambah dengan satu orang pegawai dari Syi'ah di setiap bagian. Selain itu, untuk setiap mazhab diangkat seorang qadhi dari mazhab tersebut. Setelah pemerintahan di Mesir berjalan dengan baik, Dinasti Fatimiah mulai memperluas wilayahnya. Untuk itu, Jauhar mengirim tentaranya untuk membebaskan Syam di bawah Panglima perang Ja'far al-Kutami. Mula-mula Ja'far membebaskah Ramlah, kemudian Damaskus, akhirnya seluruh daerah Syam dapat dikuasai, (Fuad, 1992: 85-88).

Setelah berakhir masa pemerintahan al-Aziz, khalifah Fatimiah mulai menurun kemajuannya. Kemunduran ini ditandai dengan masuknya elemen-elemen Turki dan Negro dalam dinasti ketentaraan. Mereka sering menimbulkan perselisihan dan pertentangan. Orang-orang Turki berusaha mendirikan kerajaan-kerajaan sendiri. Kemudian pada masa pemerintahan al-Hakim, Situasi politik diwarnai oleh berbagai macam kekacauan dan kekejaman. Ia membunuh sebagian wasirnya dan menghancurkan sejumlah gereja. Ia menganut aliran Ismailiyah ekstrim dan menganggap dirinya sebagai inkarnasi dari Tuhan. Pada tahun 1021 al Hakim dibunuh di Muqattam oleh komplotan yang dipimpin oleh saudara perempuannya sendiri Sitti al Muluk. Ia kemudian diganti oleh anaknya, al-Zahir. Dalam pemerintahannya, al-Zahir berusaha memperbaiki hubungan dengan orang-orang Kristen. Ketika al Mustansir memerintah, wilayah kekuasaan Fatimiah semakin mengecil. Tahun 1043, Syria, wilayah Fatimiah yang tidak terlalu erat kaitannya dengan Mesir melepaskan diri. Palestina sering menolak karena munculnya satu kekuatan baru, bani Saljuk. Mereka merebut wilayah Asia Barat; provinsi Fatimiah di Afrika memisahkan diri untuk kemudian berdiri sendiri atau berada di bawah lindungan Abbasiyah (lihat, Hasan 1958: 169-171).



Demikianlah Artikel Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Fatimiah

Sekianlah artikel Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Fatimiah kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Fatimiah dengan alamat link https://suksuksay.blogspot.com/2020/04/sejarah-singkat-berdirinya-dinasti.html

0 Response to "Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Fatimiah"

Posting Komentar